Mungkin kalian merasa bahwa ini adalah masalah klasik dan kalian bosan sekali mengdengarkan ataupun membacanya. Tapi entah mengapa aku masih merasakan hal ini, bahkan hingga saat ini.
Kehilangan membuatku berubah, mungkin untuk selamanya.
Aku lebih banyak berbohong, dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja padahal aku sakit didalamnya.
Mengatakan bahwa aku mampu mengatasinya, padahal aku merangkak dengan lutut yang sudah bersimbah darah.
Mengatakan bahwa aku tidak sendirian, padahal aku merasa sepi.
Jiwaku kosong melompong, tanpa isi.
Kehilangan beliau seperti kehilangan sandaran hidup
Kehilangan beliau seperti kehilangan jarum kompas.
Aku tak tahu lagi di mana arah utara
Aku tak tahu lagi ke mana aku memutar haluan kapalku
Aku tak tahu lagi ke mana harus pulang.
God, aku tak tahu lagi bagaimana aku harus melangkah
aku belum bisa menentukan langkahku
Aku benar-benar merindukannya
Dia yang selalu menjadi utara bagiku, hingga aku selalu tahu ke mana harus pulang
Tapi utaraku telah pergi, seperti matahari yang hilang tiba-tiba karena malam
Ibu, aku tak tahu lagi harus ke mana tanpamu
Aku kosong, hilang isi.
Aku tak tahu lagi harus ke mana....