Malam pekat merambat saat saya berusaha menyelesaikan satu outline tulisan dengan ditemani playlist winamp yang memutar koleksi musik di komputer saya secara acak. Tiba-tiba saya winamp memutar lagu Totalitas Perjuangan lalu merambah ke rekaman sumpah mahasiswa. Saya bukan aktivis mahasiswa pada masa kuliah dulu, saya bahkan tidak pernah ikut turun ke jalan bersama para aktivis yang diantaranya ada teman-teman yang berada di lingkungan pergaulan saya. Namun itu tidak menghentikan darah berdesir halus di sekujur tubuh saya. Merinding.
Saya tidak tahu siapa penciptanya. Apakah lagu itu pertama kali didengungkan di jalanan pada saat Gerakan 1998? Apakah sumpah itu di teriakkan pada tahun yang sama? Saya bahkan tidak tahu bagaimana lagu itu berada di deretan koleksi lagu-lagu saya. Saya tidak tahu.
Mungkin orang berpikir saya terlalu menyia-nyiakan kehidupan mahasiswa saya dengan tidak ikut andil dalam gerakan mahasiswa apa pun. Bahkan saya yakin, sahabat-sahabat saya pun menyayangkan minimnya pengalaman berorganisasi saya pada masa kuliah. Ya, saya pun merasa menyesal namun tidak terlalu dalam menyesalinya. Setiap orang memiliki pilihan, begitu pun saya, saya memilih jauh dari lingkungan gerakan mahasiswa dan mengurung diri di lingkaran pertemanan lainnya. Saya menjalani apa yang saya pilih dengan bahagia.
Namun, saya bersyukur masih memiliki sahabat-sahabat yang aktif di gerakan mahasiswa. Saya pun bangga tiada kepalang kepada mereka. Mendengar mereka turun ke jalan untuk menyuarakan kebenaran. Turun ke jalan untuk membela rakyat yang menurut mereka layak diperjuangkan. Mendahulukan bangsanya daripada keluarganya. Mendahulukan bangsanya daripada nilai A di setiap mata kuliah. Saya bersyukur masih memiliki mereka.
Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengabdi pada negara dan bangsa. Sahabat-sahabat saya yang aktivis pun memilih caranya mengabdi dengan cara menjadi aktivis mahasiswa sebagai awal pengabdian mereka. Mereka muda, mereka kuat, mereka kritis. Mereka generasi yang akan menggantikan orang-orang yang saat ini berada di istana megah yang tak terjangkau orang biasa. Mereka akan menjadi pemimpin yang membawa bangsa kami menjadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik. Melalui mereka mimpi saya tentang negara yang aman, nyaman, dan bebas dari orang-orang egois yang mengeksploitasi bangsa sendiri, akan terwujud. Melalui mereka, mimpi saya tentang memberikan yang terbaik untuk anak dan cucu saya nanti, akan terwujud.
Tulisan ini adalah wujud percaya saya kepada mereka yang memilih menjadi aktivis mahasiswa sebagai awal bentuk pengabdian mereka. Bentuk pengabdian saya dan mereka memang berbeda. Namun saya yakin, kami memiliki mimpi yang sama tentang negeri indah di balik nyiur melambai di setiap pintu gerbangnya.
Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan sebuah catatan kebanggan di lembar sejarah manusia