Tak ada habisnya jika membicarakan tentangmu. Kamu yang selalu memasang wajah memelas, meminta perhatianku. Tak jarang pula kesal, ketika aku tak cukup peka memperhatikanmu.
Tak ada habisnya jika membicarakan tentangmu. Kamu yang tiba-tiba mengatakan aku cantik ketika aku memoles sedikit lipstik di bibirku.
Tak ada habisnya membicarakan tentangmu. Kamu yang diam-diam mengambil gambarku dengan kamera ponselmu.
Tak ada habisnya membicarakan dirimu. Kamu yang sok misterius membawaku ke tempat favoritmu. Hey, sudah berapa perempuan yang kau bawa ke sini?
Ah, tak ada habisnya pula ketika menulis tentangmu. Seakan kata-kata terus membanjiri kepalaku.
Tak ada habisnya ketika menulis tentangmu. Kamu selalu jadi pembaca pertamaku.
Tak ada habisnya menuliskan tentangmu.
Jika aku berhenti menulis tentangmu, apakah aku akan berhenti mengingatmu?
Aku tidak tahu kapan persisnya kita bertemu. Apakah itu sepuluh tahun yang lalu, atau lima belas tahun yang lalu? Ah, entahlah. Aku benar-benar lupa. Lagipula tak penting bagiku kapan kita bertemu. Kamu ada dalam hidupku, itu yang penting.
Namun aku masih ingat, kesan pertama apa yang timbul ketika bertemu denganmu. Kamu gadis kecil yang beranjak remaja, dengan mata yang selalu berbinar, bahkan semakin bersinar ketika kamu tertawa. Aku belajar cara tersenyum dan tertawa darimu. Tapi, aku pun tahu kamu bukan gadis kecil yang selalu tertawa. Aku pernah melihat air matamu, aku pun pernah melihat marahmu.
Aku dan kamu berbagi cerita cinta pertama. Berbagi kebodohan saat puber.
Aku memutuskan pergi dari rumah ketika beranjak dewasa. Kamu memilih tetap tinggal, yang kini ku tahu itu pilihan paling bijak yang pernah ku temui darimu. Aku dan kamu, berbagi bijak kala dewasa.
Kita terpisahkan jarak, tapi aku tahu kamu akan selalu mengatakan 'aku di rumah' ketika aku lelah, ketika aku rindu. Kamu rumahku.
Manusia bergerak maju, kau pun melangkah menuju pintu yang kau pilih. Sekali lagi, aku melihat pilihan paling bijak darimu.
Hari ini, aku melihat perempuan paling cantik dan paling bahagia dalam hidupku. Aku melihatmu, sahabatku.
Hari ini, dia tak lagi menjadi gadis kecil ayahnya lagi. Hari ini, dia menjadi perempuan dewasa. Aku melihatmu, sahabatku.
Kamu lebih dari cinderella yang menemukan pangerannya. Kamu menemukan hidupmu.
Untuk Hana
May 12, 2014
No comments