Aku tak penah tahu sebabnya mengapa malam ini begitu dingin dan membosankan. Hingga aku memutuskan menulis untuk mematahkan rasa bosan itu. Ya, menulis lagi. Tapi kali ini aku memutuskan menulis sesuatu yang benar, benar menurutku, tentu saja. :D
Well, kalian tahu permainan bernama puzzle? Kalian pernah memainkannya? Bagaimana rasanya ketika memainkan permainan tersebut? Menyenangkan? Pusing? Penasaran? Sedih? Marah karena tiap keping yang kau ambil tidak cocok?
Ya, begitulah bermain puzzle. Kau harus sabar menyusun setiap kepingnya. Sama seperti hidup.
Tapi tunggu dulu, aku tidak akan menganalogikan kehidupan dengan puzzle. Tapi aku akan menganalogikan satu babak kehidupan itu seperti bermain puzzle. Hampir sama memang, tapi tidak sama.
Satu babak kehidupan itu memiliki kepingan-kepingan yang harus disusun. Kepingan-kepingan itu acak, memiliki bentuk yang berbeda, dan masing-masingnya unik. Satu babak, hanya satu babak.
Dalam satu babak itu mungkin kita mengalami babak di mana kita harus menghadapi kesulitan menyusun puzzlenya. Mungkin kita penasaran akan apa yang dimaksudkan Tuhan kepada kita dengan babak yang harus kita jalani itu. Mungkin kita marah dalam menyusun kepingan-kepingannya, karena berkali-kali kita mengambil satu keping tapi ternyata tidak cocok dengan pola yang ada di papan puzzle. Mungkin kita terluka ketika ada yang mengacak-acak puzzle yang hampir tersusun sempurna. Dan pada akhirnya kita akan bersyukur ketika puzzle itu tersusun dengan sempurna.
Sama seperti satu babak itu. Ada rasa sedih yang menyelimuti, marah, hingga terluka yang mampu membuat kita jatuh tersungkur. Sama seperti hidupku, yang setiap babaknya aku menyusun puzzle satu babak itu. Demi mengetahui maksud Tuhan kepada setiap ujian yang aku jalani. Namun pada akhirnya aku bersyukur meskipun gambar yang aku lihat di puzzle itu bukan sesuai dengan harapanku. Namun setidaknya, aku telah berusaha menyusunnya.
Kehidupan dalam satu babak itu sederhana, hanya harus memilih kepingan mana yang harus kau letakkan dalam papan puzzle itu. Kepingan yang tak selalu cocok, namun yang penting adalah tidak menyesali keputusan untuk mengambil kepingan itu, karena setidaknya kau sudah mencoba mencocokannya.
Kehidupan dalam satu babak terlalu berharga untuk disia-siakan dengan terkubur dalam perasaan terluka, dan terlalu berharga untuk dibuang sia-sia dengan kemarahan tiada batas. Hidup yang berharga harus senantiasa disyukuri untuk menatap babak lain yang sudah dipersiapkan.