Apakah kau pernah ingin menanyakan kepadaku tentang bahagia? Apakah kau ingin merasakan bahagia? Apakah kau ingin menunjukkan apa itu bahagia dan bagaimana itu bahagia? Apakah kau pernah menentukan parameter bahagia? Aku yakin kau pernah menulis daftar-daftar tentang apa saja yang membuatmu bahagia dan aku yakin kau ingin sekali meraihnya.
Tapi tunggulah sejenak, pernahkah kau berpikir tentang hidup yang tak kau inginkan? Kau tahu, aku memikirkan itu setiap hari. Aku berpikir tentang hal-hal yang tidak kuinginkan dalam hidupku, yang membuat sebagian orang lain tidak merasa 'bahagia'. Seseorang pernah berkata padaku bahwa bahagia adalah pilihan, dan terluka juga merupakan pilihan. Tapi aku tentu saja memiliki pandangan lain tentang bahagia.
Bagiku, bahagia bukan lah mendapatkan hal terhebat. Bukan menjadi orang hebat yang mampu mengubah dunia. Bukan menjadi orang hebat yang dapat menginspirasi banyak orang. Bukan menjadi orang hebat yang ada dijajaran tahta. Bukan memiliki istana semegah Buckingham Palace. Bukan menjadi orang yang memiliki pekerjaan hebat. Dan bukan menjadi orang suci dalam agama.
Tidak, sesungguhnya aku tidak ingin menjadi seperti itu. Tidak ingin menjadi orang hebat. Tidak ingin memiliki istana ataupun tahta. Tidak ingin menginspirasi banyak orang. Karena aku memiliki parameter bahagia sendiri. Aku tahu apa yang aku inginkan.
Aku ingin menjalani hidup dengan baik. Menjalani hidup dengan rasa cinta yang tak terbatas. Ingin menjadi orang yang selalu peduli. Ingin menjadi orang yang selalu merendah. Dan ingin menjadi orang yang selalu bisa mengulurkan tangan ketika ada yang memerlukan, memeluk ketika ada yang perlu untuk dikuatkan, dan mendengar ketika ada yang ingin di dengar. Terlebih lagi, ingin menjadi orang yang selalu bersyukur. Karena aku tahu, bahwa aku begitu dicintai. Bahwa aku selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidupku.
Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ketika aku mampu melakukan itu semua. Ketika aku mampu mencintai sepenuh hatiku. Aku bahagia.
Lalu bagaimana jika aku terluka? Itukah yang ingin kau tanyakan selanjutnya? Tenang saja, aku akan terluka ketika hatiku mengijinkan untuk terluka. Aku akan terluka ketika aku dikecewakan, dan itu pasti. Bagaimana aku mengatasinya? Percayalah, aku mampu mengatasinya. Karena aku sudah berpengalaman tentang itu. Jangan khawatirkan aku.
Bahagialah bersamaku, kawan. Dan jangan khawatirkan apapun. Bahagialah bersamaku.
Tapi tunggulah sejenak, pernahkah kau berpikir tentang hidup yang tak kau inginkan? Kau tahu, aku memikirkan itu setiap hari. Aku berpikir tentang hal-hal yang tidak kuinginkan dalam hidupku, yang membuat sebagian orang lain tidak merasa 'bahagia'. Seseorang pernah berkata padaku bahwa bahagia adalah pilihan, dan terluka juga merupakan pilihan. Tapi aku tentu saja memiliki pandangan lain tentang bahagia.
Bagiku, bahagia bukan lah mendapatkan hal terhebat. Bukan menjadi orang hebat yang mampu mengubah dunia. Bukan menjadi orang hebat yang dapat menginspirasi banyak orang. Bukan menjadi orang hebat yang ada dijajaran tahta. Bukan memiliki istana semegah Buckingham Palace. Bukan menjadi orang yang memiliki pekerjaan hebat. Dan bukan menjadi orang suci dalam agama.
Tidak, sesungguhnya aku tidak ingin menjadi seperti itu. Tidak ingin menjadi orang hebat. Tidak ingin memiliki istana ataupun tahta. Tidak ingin menginspirasi banyak orang. Karena aku memiliki parameter bahagia sendiri. Aku tahu apa yang aku inginkan.
Aku ingin menjalani hidup dengan baik. Menjalani hidup dengan rasa cinta yang tak terbatas. Ingin menjadi orang yang selalu peduli. Ingin menjadi orang yang selalu merendah. Dan ingin menjadi orang yang selalu bisa mengulurkan tangan ketika ada yang memerlukan, memeluk ketika ada yang perlu untuk dikuatkan, dan mendengar ketika ada yang ingin di dengar. Terlebih lagi, ingin menjadi orang yang selalu bersyukur. Karena aku tahu, bahwa aku begitu dicintai. Bahwa aku selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidupku.
Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ketika aku mampu melakukan itu semua. Ketika aku mampu mencintai sepenuh hatiku. Aku bahagia.
Lalu bagaimana jika aku terluka? Itukah yang ingin kau tanyakan selanjutnya? Tenang saja, aku akan terluka ketika hatiku mengijinkan untuk terluka. Aku akan terluka ketika aku dikecewakan, dan itu pasti. Bagaimana aku mengatasinya? Percayalah, aku mampu mengatasinya. Karena aku sudah berpengalaman tentang itu. Jangan khawatirkan aku.
Bahagialah bersamaku, kawan. Dan jangan khawatirkan apapun. Bahagialah bersamaku.