Ketika ku sebut hujan, maka kamu akan menyebutkan namanya
Ketika ku rindu gerimis lalu hujan, kau pun mengatakan aku sedang rindu padanya
Menurutmu dia lelaki hujan, menguarkan aroma hujan yang kuat untukku
Tidak, tidak. Tidakkah kau lihat aku menggelengkan kepala berkali-kali.
Dia bukan hujan. Dia matahari.
Aku bisa melihatmu membeliakkan mata, lalu bertanya 'kenapa matahari?'
Dia membuat mataku silau ketika melihatnya, bahkan mungkin bisa membutakanku.
Panasnya mampu membakar apa pun yang ada di dekatnya. Aku terlalu takut mendekat. Takut terbakar.
Dia membuat mendung dari air ketika hari terlalu panas untukku
Dia juga membuat pelangi ketika melihatku cemberut saat hujan menyelimuti kota sepanjang hari
Yang paling penting, aku selalu merindukan matahari ketika hujan selalu membuatku dingin
Kau pun tersenyum, mendengar jawabanku. Karena kau tahu, aku selalu memanggilmu 'matahari'