Jika kau memang ingin melindungiku, tetaplah di sampingku. Jangan menjauh, meskipun kau tahu aku akan terluka jika kau tetap di sampingku
Aku rasa kau ingat betul apa yang pernah ku katakan tentang melindungi, dan aku rasa kali ini kau benar-benar melakukan apa yang pernah aku katakan. Entah itu hasil refleksi kesalahan yang pernah kau lakukan terhadapku, atau kau memang menganggap kata-kataku benar. Apa pun itu, aku tetap senang kau melindungiku kali ini.
Ini akan berat, kataku pada diri sendiri ketika memulai suatu hal yang belum pernah aku lakukan. Kau selalu melihatku sebagai perempuan pemberani yang mampu menaklukkan apa pun, termasuk diriku sendiri. Maafkan karena ternyata aku meninggalkan kesan seperti itu kepadamu. Sejujurnya aku takut, aku selalu ketakutan ketika aku harus masuk ke dunia yang tidak pernah aku injak. Aku selalu takut untuk melangkah. Alasan mengapa pada akhirnya aku memberanikan diri adalah, karena aku tahu kau akan selalu ada di dekatku, melindungiku dari rasa takutku sendiri, membuatku mampu melakukan apa pun hanya karena kau percaya aku akan mampu melakukannya. Kau meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Seperti ketika aku harus masuk lagi ke dunia yang pernah melukaiku. "Ada aku," katamu waktu itu. Ku kira kau tidak sungguh-sungguh dengan kalimatmu itu, dan ku kira kau akan meninggalkanku terluka sendirian lagi seperti waktu itu. Aku terkejut, kau tidak meninggalkanku. Kau tetap bersamaku dari langkah pertama hingga terakhir.
Kau tidak pernah merangkul bahuku untuk menguatkan. Kau juga tidak pernah menggenggam tanganku untuk menenangkan.
"Kita makin pintar berkomunikasi," katamu suatu hari.
"Hanya dengan tatapan mata, aku selalu tahu apa yang kau pikirkan dan anehnya aku juga punya pikiran yang sama," aku menambahkan. Kau mengangguk sambil tersenyum.
Ya, hanya dengan tatapan sedetik itu, aku akan selalu tahu kau sedang menguatkan dan menenangkan. Aku tahu.
Aku selalu tahu, kau masih akan terus melindungiku.