Linkedin Instagram

Pages

  • Home
  • About
  • Contact

SEVY KUSDIANITA

let me tell you a story, about you and me falling in love deeply

Aku tidak pernah merasa sesendiri ini selama hidupku. Dan saat ini akhirnya aku merasakan apa itu sendiri. Tak ada yang batu karang untukku bersandar ketika butuh kekuatan. Tak ada pohon untukku sekedar bersandar sambil memeluk kedua kakiku untuk menangis. Yang ada hanyalah aku, sendiri, ditengah padang rumput yang gersang dan panas.
Aku kehilangan kompasku. Tak tahu harus ke mana jalan pulang, bahkan aku tak yakin apakah aku punya rumah. Aku mulai kesakitan karena matahari begitu terik, panas, dan membakar kulitku. Perih rasanya. Aku panik! Aku harus ke mana?!
Aku pun berlari, tentu saja tanpa alas kaki karena aku memang tidak punya. Berlari dan terus berlari, tanpa arah, hingga peluh turun deras melalui pelipisku. Napasku terengah-engah, dan dadaku sakit saat mengambil napas berikutnya. Aku bingung, mencari sesuatu yang aku tak tahu pasti apa yang aku cari. Tentu saja aku masih sendiri.
Aku pun mendengar suaramu, lirih namun jelas. Memanggil namaku dengan cara yang tak pernah ku tahu. Aku berusaha mengatur napasku, untuk mendengar suaramu lebih jelas hingga aku tahu dari mana suara itu berasal. Tanpa membuang waktu aku menuju ke arah suaramu, berharap aku bertemu denganmu. Aku tak peduli, betapa lelahnya aku atau betapa sakitnya aku. Langkahku semakin cepat saat namaku kau sebutkan semakin jelas.
Langkahku semakin cepat hingga aku menemukan sebuah pohon, di mana suaramu tak lagi terdengar. Aku menghampiri pohon itu, mencarimu, tapi kau tak ada. Aku pun tertawa, ternyata hanya ilusi. Ilusi agar aku tak lagi merasa sendiri. Tawaku pun menjadi tangis, tangis tersedu-sedu. Aku memeluk diriku sendiri di bawah pohon itu, menangis sejadi-jadinya. Aku lega, meskipun untuk sesaat aku merasakan ilusi itu, aku lega.
Aku pun kembali sendiri, di jalanku. Dan lagi-lagi kau memanggil namaku. Aku tersenyum dan kembali berjalan ke arahmu, yang menungguku di sana.
April 23, 2011 No comments
Hey Hujanku, apa kabarmu hari ini? Kau baik-baik saja? Bagaimana dengan amanah-amanah yang kau jalankan? Apakah sudah sesuai dengan apa yang kau inginkan?

Aku selalu tahu kau baik-baik saja, Hujanku, dan aku percaya kau akan selalu baik-baik saja. Aku mungkin tak akan pernah tahu ketika kau jatuh, karena kau tak ingin aku tahu itu. Hujanku, aku disini bersamamu jika kau menginginkannya.

Hujanku, kali ini aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu yang sudah lama ingin aku katakan, bahkan jika diberi kesempatan, aku ingin mengatakannya secara langsung padamu.

Hujanku, terima kasih karena kau telah peduli padaku, dengan tanpa alasan apa pun. Kau tahu, betapa itu berartinya bagiku? Sangat, sangat berarti. Kepedulian tanpa alasan itu, mampu membuat hatiku menjadi lebih sejuk dan tenang. Karena aku tahu bahwa hatiku tidak pernah sendirian lagi dengan adanya dirimu. Karena aku tahu kau akan menjagaku dengan caramu.

Aku tahu kau percaya padaku, bahwa aku lebih kuat dari yang aku kira. Bahwa aku bisa melewati semua ujian dariNya. Aku tahu kau percaya padaku, bahwa aku mampu meraih cintaNya dan kemudian meraih cintamu.

Hujanku, tapi aku takut. Aku takut sendirian. Aku takut aku tidak punya bahu untukku bersandar ketika aku lelah. Aku takut kau pergi seperti yang lain. Aku takut kau lelah menghadapiku, apalagi bertahan denganku. Dengan semua sifat kekanak-kanakaku, dengan sifat manjaku, dan dengan kelabilanku ketika aku jatuh. Aku takut kau meninggalkanku saat aku berada di saat paling buruk. Hujanku, aku takut.

Hujanku, apa kau sanggup menjadi batu karangku nanti? Apa kau sanggup menyediakan bahumu untuk tempatku bersandar ketika aku lelah nanti? Hujanku, apa bisa terus menjadi hujanku?

Sekali lagi, terima kasih karena peduli padaku dengan tanpa alasan. Hujanku, aku bersyukur tentang itu.

April 08, 2011 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me




a wanderer, in a past time and to the future
a reader, who suddenly stop to laughing or crying
once an editor, who loves to read so much


Blog Archive

  • ►  2018 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2016 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (29)
    • ►  December (4)
    • ►  November (4)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2012 (41)
    • ►  December (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (4)
    • ►  May (6)
    • ►  March (6)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ▼  2011 (42)
    • ►  December (13)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ▼  April (2)
      • finding a voice
      • Untukmu, meskipun kau tidak tahu (Part 3)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ►  2010 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  April (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2009 (10)
    • ►  July (1)
    • ►  May (9)
  • ►  2008 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (3)

Pageviews

Cuap-Cuap

Tweets by SevyKusdianita

Created with by ThemeXpose