Linkedin Instagram

Pages

  • Home
  • About
  • Contact

SEVY KUSDIANITA

let me tell you a story, about you and me falling in love deeply

I trust you is a better compliment than I love you. Because you may not always trust the person you love, but you always love the person you Trust (anonim)
Hei, bagaimana jika aku bilang aku percaya padamu?
Apakah kau juga percaya?
Masih ingat saat kelingkin kita bertaut? Saling berjanji, saling percaya.
Masihkah kau ragu saat aku bilang aku percaya padamu?
Tidak, jangan pernah ragu. Dan jangan pernah menanyakan alasannya.
Aku tak pernah tahu alasannya, dan tidak pernah ingin mencari tahu.
Jadi percaya saja padaku, seperti aku percaya padamu.
Tak usah mencari alasan, lakukan saja.
Mimpimu, mimpiku.
Berjanjilah, untuk percaya pada mimpimu.
Lalu kau bisa mencintai mimpimu lebih dari kau mencintainya sekarang.
Lalu kau bisa mencintai seluruh dunia, dan menggenggamnya.
February 20, 2012 No comments
Hei kawan, masih ingat kita pernah berbicara tentang langkah? Saat kamu membicarakan tentang mimpimu dan saat aku tersenyum di sela-sela ceritamu.
masih ingatkah saat kita menggenggam tangan masing-masing dan melangkah bersama? Saat aku mengamit mesra lenganmu, dan saat kamu menempelkan dagumu di puncak kepalaku sementara kedua tanganmu kau masukkan ke dalam saku celana.
Masih ingatkah saat kamu merebahkan diri di pangkuanku, dan perlahan tertidur saat aku membacakan salah satu puisi tentang cinta dan kematian? Saat itu jemarimu tak sedetikmu melepaskan jemariku. Menahanku untuk tetap di sana.
Hah, sudah berapa lama sejak terakhir kali kamu membangunkanku di sela-sela tidurku yang nyenyak? Hanya untuk mendengar cerita tentang hari-harimu. Dan, sudah berapa lama sejak kita sama-sama menikmati hujan dari kaca jendela kafe sembari minum kopi dan makan cheese cake dibumbui perdebatan sengit tentang hidup?
Masih ingatkah kamu saat perlahan kau melepaskan jemarimu dari genggamanku, lalu meninggalkan spasi yang tak berbekas, kemudian melangkah.
Aku masih ingat, derap langkahmu yang semakin lama semakin tak terdengar. Punggungmu yang semakin menjauh, menjadikan dirimu tak kasat mata seiring jarak yang melebar.
Suratmu yang pertama dan terakhir, mengabarkan kau baik-baik saja, sedang menjalani mimpi katamu. Tak lupa kamu menanyakan, bagaimana kabarku dan apakah aku menangis saat kamu mulai melangkah.
Aku tersenyum membacanya, kemudian menuliskan balasan.
'Aku baik-baik saja, malaikat menjagaku dengan baik. Jangan khawatir. Dan aku juga tidak menangis saat kau melangkah. Karena aku tahu, kau akan bahagia.
Masih ingat janjiku, bahwa ketika kau menengok ke belakang kau tak akan pernah menemukan aku lagi? Aku menepatinya bukan. Itu karena aku tahu kau yakin, bahwa aku akan bahagia.
Kalau kau merindukanku, ingat saja hal-hal sederhana yang indah di sekitarmu. Aku di sana'
February 15, 2012 No comments
A heart must break... to know what will come.... (Marina K, 2008)
Entah harus istirahat, atau benar-benar patah
dan entah harus berhenti sejenak, atau berhenti sama sekali
aku tak pernah bisa memutuskan, untuk benar-benar membenci atau mencinta
hanya menuruti kata hati, sebuah keinginan kebanyakan, tanpa benar-benar tahu tentang kebutuhan
aku membutuhkan kamu untuk ku genggam tanganmu, tanpa pernah ku peluk
Karena aku tahu, memelukmu sama dengan menghancurkan
aku membutuhkan kamu untuk ku hirup aromamu, tanpa pernah ku cium
Menciummu sama dengan meremukkan dunia
Mungkin aku orang paling egois sedunia, menurutmu. Karena aku tak pernah memeluk cintamu.
Tapi pernahkah kamu sadar, ketika aku berhasil memeluk cintamu nanti, aku ingin mencium, lalu mencumbu cintamu. Aku tak ingin mencandu heroinmu, aku tak ingin meminum anggur dari gelasmu.
Jika kamu pikir, mencanduku adalah soal fisika paling rumit hingga Einstein pun tak mampu menyelesaikan. Maka mencadumu, adalah membaca Sigmud Freud yang tak pernah bisa kutamatkan.
Jangan pernah menyalahkanku, karena tak bisa memutuskan. Jangan pula menyalahkanmu, karena tak bisa menentukan.
Cukup seperti ini. Berjalan bersama, menggenggam tangan masing-masing, tanpa perlu saling menatap mata.
Cukup seperti ini. Berbicara dengan bahasa angin, berharap untuk paham.
Cukup seperti ini. Menunggu untuk tahu apa yang akan terjadi nanti.
Hanya menunggu.

February 11, 2012 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me




a wanderer, in a past time and to the future
a reader, who suddenly stop to laughing or crying
once an editor, who loves to read so much


Blog Archive

  • ►  2018 (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2016 (8)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (29)
    • ►  December (4)
    • ►  November (4)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  March (6)
    • ►  February (1)
    • ►  January (4)
  • ▼  2012 (41)
    • ►  December (4)
    • ►  October (3)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (4)
    • ►  May (6)
    • ►  March (6)
    • ▼  February (3)
      • Believe in You, Believe in Me
      • Langkah
      • (Bukan) Sederhana
    • ►  January (8)
  • ►  2011 (42)
    • ►  December (13)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (8)
  • ►  2010 (12)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  April (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2009 (10)
    • ►  July (1)
    • ►  May (9)
  • ►  2008 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (3)

Pageviews

Cuap-Cuap

Tweets by SevyKusdianita

Created with by ThemeXpose